Senin, 13 Juli 2009

merakit laptop


Merakit Laptop
TIDAK semua siswa bisa melakukan seperti apa yang dilakukan sebagian siswa kelas 3 dan 4 SMKN 1 Kota Cimahi. Dengan keterampilan yang mereka miliki, tidak hanya ilmu yang didapat, tapi mereka juga mendapatkan uang saku sebesar Rp 25 ribu per hari. Siswa yang menekuni bidang Teknik Komunikasi dan Jaringan (TKJ) itu, ternyata juga bis merakit komputer jinjing atau laptop.Program merakit laptop ini sudah dimulai sejak tiga bulan lalu, atas kerjasama Pemkot Cimahi, pihak sekolah, dan sebuah perusahaan elektronik bernama Ekonus. Bahkan, hasil rakitan siswa-siswa itu sebagian ada yang sudah dipasarkan ke Kalimantan. "Program perakitan laptop sudah berlangsung dua tahap dan menghasilkan sekitar 300 unit," jelas Wakil Kepala Sekolah di bidang kurikulum SMKN 1 Kota Cimahi, Mulyono, Selasa (12/5).Menurut Mulyono, kerjasama ini masih terus berlangsung dengan adanya rencana tahap lanjutan perakitan laptop. Pihak sekolah dan Pemkot sudah mengenalkan hasil rakitan itu kepada masyarakat, dengan memberi tiga unit laptop untuk dioperasikan perpustakaan keliling yang baru diluncurkan pada hari pendidikan nasional kemarin. Namun, Mulyono mengaku, belum mendapatkan bantuan dari pusat karena pihaknya terlambat untuk mengajukan ke pusat."Untungnya Pak Wali Kota senang dan mendukung kami, sebagai wujud kebijakan Cimahi cyber city," lanjut pria berambut putih ini. Sebelum siswa-siswa itu merakit, ungkap Mulyono, mereka diberi pelatihan dua hari selama 16 jam, yang berisi materi dan praktik. Ia berharap, ke depan, siswanya tidak hanya mampu merakit, tetapi juga mampu menciptakan produk sendiri.Yang bertugas mengawasi dan membimbing para siswa dalam merakit laptop adalah Nusirwan Hakim. Nusirwan mengatakan, merakit laptop dan komputer, memiliki tingkat kesulitan yang sama. Tidak hanya siswa TKJ saja, tetapi semua jurusan bisa merakit komponen menjadi laptop. "Para siswa hanya tinggal merakit, karena semua komponennya disuplai dari Ekonus," ujarnya. Spesifikasi yang dirakit siswa SMKN 1 itu sudah menggunakan prosesor Core 2 Duo dengan layar sebesar 10,2 inch.Tahap berikutnya, ia berencana akan menggabungkan siswa dari jurusan rekayasa perangkat lunak (RPL). Proses perakitannya, dibagi dengan tugas masing-masing, seperti memasang prosesor, harddisk, dan memory. Pihak Ekonus biasanya ikut mengawasi dan memberi arahan sebelum perakitan dimulai. Jika perakitan komponen selesai dilakukan, siswa masih harus mencoba mengoperasikan hasil rakitannya dan juga install software. "Siswa memang diberi uang transportasi oleh Ekonus sebesar Rp 25 ribu per hari, selama para siswa merakit laptop," ujarnya.Namun, laptop itu belum diberi merek. Nusirwan mengatakan, masalah brand masih dibicarakan pihak Pemkot dan Ekonus. Pihaknya juga sudah kerjasama dengan ITB. Diharapkan kerjasama itu menghasilkan desain laptop beserta chasing-nya. "Rencana laptop itu nantinya akan dijual dengan harga Rp 4 juta," ungkapnya.(*)